Sunday, June 1, 2014

Kualitas BBM Indonesia Terburuk di ASEAN




Metrotvnews.com, Jakarta: Kualitas bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia terburuk di ASEAN. BBM bersubsidi yang paling banyak dikonsumsi masyarakat mengandung kandungan sulfur atau belerang yang tinggi.

Hal itu dikatakan Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak Kementerian Lingkungan Hidup Novrizal Tahar di Jakarta, Rabu (28/5/2014). Novrizal mengatakan, dibandingkan pada BBM di negara-negara ASEAN lainnya kandungan sulfur BBM yang dijual di Indonesia lebih tinggi.

Di Singapura kandungan sulfurnya sebesar 10 ppm, Tiongkok 50 ppm, Thailand 50 ppm, Jepang dan Korea Selatan 10 ppm. Kandungan sulfur pada solar Pertamina DEX terbaik 200 ppm, sedangkan pada BBM solar biasa 3500 ppm.
Kandungan sulfur premium lebih tinggi dari Pertamax, Pertamax plus dan solar.

"Pada umumnya BBM yang bersubsidi memiliki kandungan sulfur (belerang) yang lebih tinggi dibandingkan dengan BBM non-subsidi," kata Novrizal.

Ia mencontohkan, diesel kandungan sulfur antara 2.000-3.000 ppm. Sedangkan yang sudah memenuhi standar Euro 4 adalah antara 50--500 ppm.

Konsumsi BBM bersubsidi menghasilkan emisi jauh lebih kotor ketimbang BBM non-subsidi. Ironisnya, konsumsi BBM bersubsidi secara nasional mencapai 96-97 persen per tahun. Sisanya mengonsumsi BBM non-subsidi.

Data-data menunjukkan penurunan tren kualitas udara perkotaan nasional. Misalnya, Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 2012, terjadi tren penurunan kualitas udara secara nasional dari tahun sebelumnya. Hal itu terihat dari parameter SOx (sulfur dioksida), NOx (nitrogen dioksida) dan PM10 (partikulat).

Hal ini berdampak pada menurunnya tingkat kualitas kesehatan masyarakat, seperti merebak penyakit pneumonia, stroke, jantung, paru-paru kronis dan kanker paru-paru. Novrizal menjelaskan, baru-baru ini WHO merilis setiap tahun 7 juta jiwa meninggal akibat pencemaran udara. Ini seperdelapan dari kematian di seluruh dunia. Dari jumlah itu 60 ribu jiwa di antaranya terjadi di Indonesia.

"Disamping itu sebenarnya kandungan sulfur yang relatif tinggi akan berdampak pada meningkatnya pembiayaan pemeliharaan kendaraan. Hasil studi UNEP menunjukkan pada 2012, cost of illness yang disebabkan oleh pencemaran udara di Jakarta mencapai angka Rp 38,5 triliun," kata Novrizal.

http://news.metrotvnews.com/read/2014/05/29/246971/kualitas-bbm-indonesia-terburuk-di-asean

No comments:

Post a Comment